FF: LOVE’S WAY-ENDLESS MOMENT

 

 

Cast:

1. All of SHINee member

2. Choi Hye Jin

3. Shin Hyo Jin

4. Super Junior member

Genre: Friendship and Romance, there’s sad scene also…hehehehe

Rating: General

Disclaimer: Taemin is mine..Only mine..kekekeke

 

24.  ENDLESS MOMENT

 

Key POV

Aku menatap langit-langit kamarku dengan mata menerawang mengingat kejadian tadi. Aishh menybelakan sekali kenapa aku malah melihat hal itu, seruku sambil mengacak-acak rambutku frustasi. Hatiku sungguh sangat sakit melihat hal tadi. Hye Jin-ah apakah aku benar-benar tidak bisa memilikimu. Apakah kau tahu rasa cintaku sama besarnya sepertti rasa cinta Taemin padamu, kenapa kau tidak pernah melihat itu?. Kenapa aku harus begitu mencintaimu? Kenapa aku tidak bisa melupakanmu Hye Jin! Aku tidak mau sakit seperti ini terus tapi kenapa ku tidak bisa lepas dari bayang-bayangmu. Aku ingin lupa padamu! Aku membalikan tubuhku dan membenamkan wajahku ke bantal. Aku merasakan bantalku mulai basah karena air mataku. Ya aku menangis kembali hanya karena gadis itu lagi. Aishh, menyebalkan sekali, kenapa aku harus selalu menangis karenanya. Aku mendengar suara pintu terbuka. Aku yakin pasti itu Minho, sebaiknya aku pura-pura tidur,aku malas meladeninya hari ini, lebih baik aku tidur,aku tidak mau dia melihat aku menangis. sudah cukup dia memaksaku ikut membantu mereka melakukan surprise party untuk Taemin karena toh kesediaanku membantunya hanya membuta hatiku hancur, coba saja aku menolak saat itu.

”Aku tahu kau belum tidur..”serunya yang tiba-tiba sudah berada di tepi tempat tidurku.

Aku masih terdiam, tidak bergerak sedikitpun agar dia mengira aku sudah tidur.

”Kenapa kau tadi pulang duluan?”tanyanya, sepertinya dia masih berpikir aku belum tidur.

Anak ini tiak gampang menyerah ternyata.

”Apa karena kau melihat Taemin dan Hye Jin”serunya.

Aku sedikit tersentak mendengar pertanyaannya itu bukan itu bukan perntanyaan melainkan pernyataan, darimana dia tahu, apa maksudnya bicara seperti itu. Apa dia tahu aku menyukai Hye Jin. Aku tidak pernah bicara padanya mengenai perasaanku pada Hye Jin, darimana dia tahu. Pertanyaan itu membuatku bangkit dari tidurku dan menatapnya bingung.

”Kau menangis”serunya lagi dan kembali sebuah pernyataan.

”Anni…aku hanya mengantuk..”jawabku cepat dan langsung memalingkan wajahku agar dia tidak bertanya yang macam-macam lagi.

”Kau menyukai gadis itu sejak lama…”serunya lagi.

Seberapa banyak yang dia ketahui soal perasaanku terhadap Hye Jin.

”Jujur saja Kibum-ah…aku adikmu…kita kembar…aku bisa melihat itu….semua perasaanmu terlihat jelas di mataku…aku tahu kau pasti sakit menerima kenyataan ini…kenapa kau tidak pernah mau berbagi denganku…”ucapnya panjang lebar, baru kali ini aku mendengar kata-kata yang sungguh menyentuh hati dan sangat dewasa dari adikku ini, biasanya dia hanya berbicara sedikit dan sangat dingin.

Aku menoleh ke arahnya dan menatapnya.

”Aku tidak suka terlihat lemah di hadapanmu yang selalu terlihat sempurna…”seruku.

Dia tersenyum tipis dan menghela nafas perlahan.

”Apa kau tidak sakit terus-terusan seperti ini…kau masih bisa bersikap biasa setelah ini semua…apakah kau begitu mencintai gadis ini sehingga kau rela terus disakiti seperti ini…dia tidak pernah menyukaimu…kenapa kau tidak pernah berusaha melupakannya…”serunya lagi panjang lebar.

Aku hanya bisa terdiam mendengarnya.

”Aku sudah berusaha melupakannya tapi tidak bisa…aku sangat mencintainya…”seruku.

”Kau tahan seperti ini terus? Kau tidak bisa melupakannya karena kau tidak pernah berusaha lebih keras untuk melupakannya…”serunya lagi.

Dan perkataannya kali ini benar-benar tepat sasaran. Ya selama ini aku lah yang tidak mau berusaha keras untuk melupakannya. Aku yang masih saja berharap dia akan bisa merasakan rasa cintaku padanya. Aku yang terlalu berharap.

”Lupakanlah dia dengan sungguh-sungguh…aku bukan memihak Taemin ataupun kau…aku hanya bersikap netral…aku hanya tidak mau melihatmu kecewa seperti ini terus karena gadis itu memilih orang lain…itu keputusannya..kau harus berusaha menerimanya…jika dia bahagia kau juga harus bisa bahagia…”jelasnya sambil tersenyum padaku dan berdiri berjalan.

”Saranghae hyung…”serunya tiba-tiba di depan pintu sambil menengok ke arahku yang masih terdiam di atas temapt tidurku.

Dia tersenyum sekilas lalu menghilang di balik pintu.

Sungguh aku sangat kagum pada Minho hari ini, bagaimana dia bisa sebijak itu. Apa yang Minho bilang itu benar, aku saja yang tidak mau berusaha keras melupakannya. Apakah kali ini aku mampu melupakannya. Kau harus bisa Key! Lupakan dia! Aku harus bisa, aku harus mengubur dalam-dalam perasaan ini. Aku pun kembali merebahkan tubuhku di atas tempat tidur dan berusaha memejamkan mataku. Aku harus bisa melupakannya.

 

 

Ini sudah sebulan sejak kejadian itu, aku sudah berusaha untuk menjauh darinya meski sungguh sangat sulit. Bagaimana tidak sulit jika dia terus saja ada disekitarku. Dia tetap seceria seperti biasa terutama padaku. Dia sepertinya tidak menyadari kalau aku berusaha menjauh darinya. Sungguh sulit melihat wajahnya selaluada disekitarmu. Aku menatap kembali buku yang sedang kubaca. Saat ini aku sedang ada di perpustakaan sekolah membaca buku, Tumben sekali aku pergi ke perpustakaan, selama ini aku tidak pernah pergi ke tempat ini dengan sengaja niat membaca buku, selebihnya aku hanya datang kesini jika aku butuh buku untuk mata peljaran sesuatu. Ini gara-gara Hye Jin, aku yang memang sudah berniat untuk melupakannya harus selalu bertemu dengannya di pagi hari dan selalu saja hanya kami berdua di dalam kelas setiap pagi. Bagaimana aku bisa melupakannya kalau aku terus saja memeperhatikannya saat dia sedang membaca di dalam kelas. Maka aku putuskan mulai saat itu aku tidak akan ke kelas di pagi hari, sebaiknya aku menunggu sampai banyak murid yang masuk baru ke kelas. Lebih baik aku disini, di perpustakaan.

Aku menetap kesekeliling dan mendapati perpustakaan ternyata masih sepi, aku hanya melihat Wookie di meja depan, dia memang bertugas sebagai penjaga perpustakaan pagi ini sebelum bel masuk.

”Wookie-ah…annyeong…”seru sebuah suara yang sangat ku kenal, bagaimana tidak ku kenal suara yang selalu membuat jantungku berdegup sangat kencang setiap mendengarnya dan ternyata hal itu masih sampai sekarang.

Aku segera pindah tempat duduk agak sedikit disudut ruangan, aku takut jika dia melihatku dan malah berjalan menghampiriku. Aku menaikkan bukuku untuk menutupinya. Aissh, kenapa aku harus bertemu dengannya juga disini. Aku melirik ke arahnya, dia sedang mengobrol dengan Wookie dan sesekali dia tertawa. Aigoo, tawa itu, sepertinya aku rindu sekali melihat dia tertawa seperti itu. Apa yang kau pikirkan Key? Seruku dalam hati. Aku pun kembali asyik dengan bukuku.

”Key-ah!”teriak seseorang mengagetkanku dan seketika itu juga aku terkejut melihatnya sudah berdiri dihadapanku dengan senyumannya yang biasa.

”Hye Jin-ah…”seruku masih kaget.

”Aku mencarimu di kelas tapi kau tidak ada…”serunya.

Aku hanya bisa nyengir menanggapinya.

”Oh ya….aku mau mengembalikan bukumu yang kemarin aku pinjam itu…”serunya sambil merogoh isi tasnya dan mengambil buku yang dulu dia pinjam, kemudian dia menyodorkannya padaku.

Aku pun segera mengambilnya.

”Gumawo…”serunya kembali sambil tersenyum.

Aishh, kenapa dia harus tersenyum seperti itu padaku.

 

Hye Jin POV

Aku segera membereskan bukuku begitu bel pulang berbunyi, beruntung sekali hari ini aku tidak harus bekerja. Ah akhirnya aku bisa pulang ke rumah lebih awal. Aku bisa istirahat.

”Hye Jin-ah…”seru Rae Na yang ternyata masih asyik duduk di bangkunya sambil menopang wajahnya dengan tangannya. Kenapa dengan anak ini? Biasanya dia selalu paling cepat menghilang jika bel pulang.

Aku menoleh ke arahnya dan kulihat dia sekarang sedang menelungkupkan wajahnya ke meja.

”Gwenchanayo?”tanyaku padanya sambil mengguncang-guncang tubuhnya.

Dia mendongak dan memasang wajah cemberutnya.

”Kau ini kenapa sih?”tanyaku lagi.

”Aku bingung Hye Jin-ah…mereka memintaku memilih…”serunya masih dengan menggembungkan pipinya.

Aku yang mendengar perkataannya sungguh sangat ingin tertawa tapi aku berusaha untuk menahannya. Aigoo, jadi ini masalahnya. Ya ampun Rae Na. Aku hanya menanggapinya dengan menggeleng-gelengkan kepalaku. Aku juga bingung harus menanggapi apa, membantunya memilih, memangnya mereka pakaian? Aku tidak tahu aku lebih suka Rae Na dengan siapa, aku suka Minho juga Yesung, mereka berdua sangat-sangat baik. Kurasa siapapun pantas.

”Hye Jin-ah kenapa Cuma seperti itu tanggapanmu?aku harus pilih yang mana…”tanyanya lagi.

Aku hanya nyegir dan kembali menggelengkan kepalaku.

”Molla…”jawabku.

Rae Na mendengus kesal karenanya.

”Lagian kau sendiri yang memberi harapan pada mereka berdua..harusnya sejak awal kau sudah memilih jangan malah baik pada keduanya…”ujarku.

Dia kembali menghela nafas. Kemudian dia menatapku penuh arti.

”Bagaimana denganmu? Apakah kau juga sudah memutuskan?apa pilihanmu?”tanyanya dengan wajah sangat serius.

”Mworago?”tanyaku dengan wajah tidak mengerti.

Apa maksud perkataanya barusan, memutuskan apa? Aku tidak punya sesuatu yang harus aku putuskan, pilihan apa? Aku juga tidak pilihan. Aku menatapnya dengan wajah bingung.

”Ah sudahlah…..nanti kau juga sadar…lupakanlah…aku hanya sedang aneh saja…”serunya sambil nyengir.

Aneh sekali dia hari ini. Tadi wajahnya ditekuk begitu sekarang dia sudah kembali tersenyum ceria.

”Ayo pulang…”serunya sambil merangkulku berjalan keluar kelas.

 

Di depan gedung aku bertemu Key yang baru saja akan pulang. Key tersenyum padaku namun entah kenapa aku merasa ada yang aneh dengan senyumannya kali ini. Aku juga merasa akhir-akhir ini dia sedikit aneh. Seperti tadi, tumben sekali pagi-pagi dia sudah pergi ke perpustakaan, setahuku Key paling anti dengan tempat itu kalau bukan dia butuh sesuatu dengan pelajaran dia tidak akan pernah kesana. Dan lagi entah kenapa dia seperti menghindariku memang tidak secara langsung tapi entah kenapa dia jarang sekali mengajakku berbicara duluan seperti dulu, dulu selalu saja dia yang duluan mengajakku berbicara bahkan aku sampai bosan, dia juga tidak pernah absen untuk meledekku tapi beberapa minggu ini dia berhenti, memang aku lebih senang seperti ini tapi aku merasa bukan melihat Key yang sebenarnya sekarang ini. Dia seperti orang lain. Kenapa sih orang itu selalu saja aneh?

”Tuh sudah di jemput..”seru Rae Na membuyarkan lamunanku.

”Ah…ne…bagaimana denganmu?”tanyaku melihatnya akan sendirian jika aku pulang duluan.

Namun tiba-tiba sebuah motor berhenti tepat di depan kami dan pengemudinya tersenyum padaku juga Rae Na. Omo ternyata itu Yesung.

”Ayo aku antar…”serunya pada Rae Na.

Aku hanya bisa terkekeh geli mendengarnya dan aku pun segera beranjak pergi meninggalkan mereka.

”Annyeong Yesung…annyeong Rae Na…”seruku sambil berjalan melewati mereka.

Aku melihat Rae Na berusaha memanggilku kembali namun aku tidak menghiraukannya dan terus berjalan. Aku menjulurkan lidahku padanya dan kulihat dia merenggut kesal. Namun ternyata dia tetap menerima tawaran Yesung. Dasar Rae Na.

”Hari ini temani aku ke toko buku ya…kau tidak pergi bekerja kan hari ini?”seru Taemin begitu aku sampai di hadapannya.

”Anni…”jawabku.

Aku mengangguk sambil tersenyum dan mengambil helm yang dia sodorkan padaku dan memakainya.

Kami pun segera pergi ke toko buku biasanya.

 

Disana Taemin sibuk mengambil beberapa buku yang dia butuhkan. Ya ampun banyak sekali buku yang dia beli. Apa dia mau membuat perpustakaan di kamarnya? Itulah resikonya jadi orang pintar, kau akan sangat menyukai buku. Aku membanyangkan seberapa banyak buku yang Taemin miliki di kamarnya dan kesemua buku itu adalah buku pelajaran. Aishh, aku pasti akan mati jika kamarku isinya itu semua. Pantas Taemin senang sekali ke perpustakaan, sepertinya perpustakaan adalah rumah kedua baginya. Aku berjalan melihat-lihat rak yang ada sambil sesekali mengambil buku yang kelihatan menarik lalu membaca sinopsisnya. Aku melihat sebuah buku yang bagus. Aku mengambilnya dan membaca bagian belakangnya. Sepertinya aku tipe orang yang judge a book by it’s cover karena biasanya aku tertarik pada sebuah buku karena melihat covernya dulu tapi biasanya buku yang aku beli meski hanya melihat dari covernya saja ternyata isinya juga bagus atau mungkin aku hanya sedang beruntung atau pepatah itu yang salah. Ah sudahlah untukapa dipikirkan.

”Kau suka itu?”tanya Taemin yang tiba-tiba sudah ada disampingku dan membuatku kaget.

”Taemin-ah…kau membuatku kaget…”seruku sambil menatapnya sebal.

Dia hanya terkekeh dan segera mengambil buku di tanganku.

”Ayo…aku sudah selesai…”serunya sambil menuju kasir untuk membayar semua buku yang dia beli, tapi kenapa dia mengambil buku itu juga.

 

”Ini…”serunya menyodorkan buku yang tadi aku lihat dan ternyata dia membelinya.

”Anni…kau kan yang beli jadi ini milikmu…”jawabku.

”Aku kan belu untukmu…”jawabnya lagi.

”Tapi kan aku tidak minta kau belikan jadi ini untukmu saja…”seruku lagi.

Dia hanya mendengus kesal dan berjalan mendahuluiku. Sepertinya dia marah padaku. Aku hanya tersenyum sambil berjalan di belakangnya. Dia seperti anak kecil saja, hanya begitu saja sudah marah, lagian salah sendiri kenapa membelinya. Aku kan tidak minta di belikan. Aku mulai ketinggalan karena langkahnya yang lebar. Aku pun berlari mengejarnya dan mensejajarkan langkahku dengannya. Kini aku sudah ada disampingnya, saat aku melihat wajahnya dia sedikit cemberut. Dasar anak kecil. Seruku dalam hati. Aku pun segera mengambil buku tadi yang masih dia pegang di tangannya sementara di tangan yang lain dia membawa buku-bukunya yang lain. Dia agak sedikit terkejut sepertinya dan langsung menghentikan langkahnya.

”Gumawo Taemin-ah…dasar seperti anak kecil saja…hanya begitu saja sudah ngambek…”seruku sambil tersenyum dan berjinjit untuk mengacak-acak rambutnya.

Dia pun kemudian tersenyum dan segera menarik tanganku.

”Kau pasti lapar…ayo kita makan…”serunya sambil terus menarik tanganku.

Kami sampai di salah satu restauran dan dia langsung menanyakanku mau makan apa. Sebenarnya aku tidak terlalu lapar.

”Sama denganmu saja…”jawabku.

Dia pun mengangguk dan memesankan makanan yang sama sepertinya untukku. Aku mengamati sekelilingku, sudah kebiasaanku sepertinya memperhatikan sekelilingku. Entahlah kenapa yang pasti itu sangat asyik.

”Jagiya…”seru Taemin dan membuatku segera menoleh ke arahnya.

”Waeyo?”tanyaku.

”Ah..anni…aku mau tanya kenapa sih kau hanya menyebutku Taemin-ah…aku kan selalu memanggilmu jagiya…”seru Taemin.

Saat itu aku langsung tertawa terbahak-bahak. Aigoo, Taemin kau seperti anak kecil saja. Masa karena hal itu saja di permasalahkan. Aku melihat dia langsung memanyunkan bibirnya. Asihh, kenapadia hari ini bertingkah seperti anak kecil.

”Ok kalau begitu aku punya panggilan sayang untukmu…Taeminnie…lucu kan?”seruku lagi.

”Mwo!!”serunya terkejut.

”Ya!itu kan nama kecilku…darimana kau tahu nama itu?”tanyanya lagi.

”Dari Heechul sunbae…katanya kau dulu dekat dengannya kan?”jawabku dan itu langsung membuat mukanya menjadi merah, aku pun terkekeh geli melihatnya.

”Apa yang dia ceritakan lagi?”tanyanya penasaran ,sepertinya dia takut Heechul sunbae bercerita yang aneh-aneh tentangnya.

”Tenang saja….Heechul sunbae Cuma cerita itu aja kok..”jawabku.

Dia menghembuskan nafas lega. Aneh sekali dia.

”Jangan panggil aku dengan sebutan itu..arasso?itu nama kecilku tau…”serunya lagi.

”Taeminnie….taeminnie…taeminnie…”seruku sambil menggoyang-goyangkan kepalaku.

Dia langsung cemberut mendengar nama kecilnya disebut berulang kali olehku. Aku hanya bisa tertawa melihat tingkahnya hari ini yang seperti anak kecil. Biasanya dia selalu tampak dewasa. Sungguh aneh. Dia memalingkan wajahnya dariku menandakan bahwa dia marah. Aisshh, anak ini.

”Arasso jagi..”seruku sambil tersenyum.

Dia pun segera menoleh ke arahku begitu aku menyebutnya ’jagi’ dan langsung tersenyum. Dasar anak kecil! Seruku dalam hati. Tak lama kemudian makanan sampai. Aku pun makan dengan lahap padahal tadi aku tidak terlalu lapar kenapa aku jadi seperti orang kelaparan saja ya. Mungkin melihat makanannya yang enak membuatku jadi lapar.hahaha

 

Seperti biasa rumahku sangat sepi. Aku masuk ke kamarku dan menaruh tasku di atas meja belajarku. Aku berbaring dia atas tempat tidurku dan menatap langit-langit. Hening sekali suara dirumah ini dan akan selalu seperti ini. Aku rindu Hyo Jin tapi setelah ulang tahun Taemin, aku sudah jarang bertemu dengannya. Bagaimana kabarnya sekarang ya? Apa dia sangat sibuk sampai-sampai tidak meneleponku sedikitpun. Aku juga rindu dengan Siwon Oppa. Sudah lama sekali dia tidak menghubungiku. Oppa apa kau tidak rindu padaku? Seruku dalam hati. Tiba-tiba Handphoneku berbunyi. Aku segera menghampiri tasku dan mencari-cari dimana HP-ku. Aisshh dimana benda itu. Aku merogoh ke kantong dan juga di dalam namun tidak juga menemukannya. Handphoneku masih terus berbunyi. Akhirny aku putuskan mengeluarkan semua isi tasku dengan membalikannya dan Hup, aku berhasil mengambil Hpku yang hampir menyentuh tanah. Aku segera menekan tombol jawab.

”Yoboseyo…”seruku.

”Lama sekali diangkatnya…kau tidak kangen pada Oppamu…”seru suarau diseberang.

Aigoo, ini Siwon Oppa. Aku rindu sekali mendengar suaranya.

”Mianhe Oppa tadi aku lupa menaruh Hpku dimana…Oppa bagaimana kabarmu?”tanyaku.

”Ne…baik…bagaimana denganmu dan ibu?”tanyanya.

”Ne..kami baik-baik saja…Oppa bogohsippo…umma juga sangat merindukanmu…”seruku lagi.

”Bogoshipoyo Hye Jin-ah…mianhe sudah lama tidak menelepon kalian…aku sedang sibuk akhir-akhir ini…”serunya.

”Ne..ara…Oppa pasti sibuk sekali…”ujarku.

”Hye Jin-ah…apa kau benar-benar merindukanku?”tanyanya.

”Ne Oppa…tentu saja memangnya kenapa?”aku balik bertanya.

Dia diam beberapa saat, aku pikir sudah di matikan tapi ternyata masih tersambung.

”Oppa akan pulang lusa…”serunya.

Saat itu aku langsung berjingkrak-jingkrakan di kamarku, senang sekali mendengar dia akan pulang.

”Oppa benar akan pulang? Oppa aku senang sekali…aku sangat merindukanmu…”seruku cepat.

”Ne…ne..makanya aku menghubungimu sekarang…tapi…”serunya lagi.

”Tapi apa Oppa?”tanyaku penasaran.

”Jangan beritahu Umma dulu….ini akan menjadi kejutan untuknya…arasso?”serunya.

”Ne…”jawabku pasti.

Ah aku senang sekali setelah 6 bulan tidak melihat Oppaku, akhirnya dia akan pulang. Yah meski Cuma sebentar karena dia pasti akan kembali lagi ke Jepang tapi itu cukup mengobati kerinduanku padanya. Aishh, aku ingin sekali segera lusa, agar aku bisa cepat-cepat melihatnya. Bagaimana Oppaku sekarang ya? Apa dia berubah? Ibu pasti akan snagat senang sekali melihat Oppa tiba-tiba ada dirumah. Aku membayangkan betapa senangnya lusa nanti. Cepatlah lusa. Seruku dalam hati.

 

Malam ini entah kenapa aku malah tidak bisa tidur, setelah mengerjakan PR untuk besok dan membaca buku yang tadi di beli mataku masih saja belum mengantuk. Aku pun memutuskan untuk menonton TV saja. Aku mengganti-ganti chanel tapi tidak ada yang aku suka. Aisshh, kenapa belum mengantuk sih? Gerutuku dalam hati. Aku menatap jam di dining sudah pukul 10 sebentar lagi ibu pasti pulang, mungkin aku sekalian menunggu ibu pulang saja. Aku pun terus menonto Tv tanpa tahu apa yang aku tonton karena aku sibuk dengan pikiranku sendiri. Aku sudah tidak sabar bertemu Siwon Oppa.

”Hye Jin-ah…kau belum tidur?”seru sebuah suara berjalan ke arahku.

”Umma sudah pulang…aku belum mengantuk…”jawabku dan kulihat Umma langsung duduk disampingku.

Wajahnya terlihat sangat lelah. Kasihan sekali Ummaku ini. Aku pun berdiri dan beranjak ke dapur membuatkannya teh hangat. Tak lama kemudian aku kembali dan menyodorkan teh hangat itu pada ibu.

”Gumawo…”serunya sambil tersenyum.

Aku duduk disamping ibuku dan menyenderkan kepalaku di bahunya dan ibu mengelus rambutku perlahan. Aku memajamkan mataku. Ternyata aku juga rindupada ibuku, rasanya sudah lama sekali aku tidak seperti ini. Ibu selalu sibuk dan aku pun juga seperti itu.

”Umma rindu dengan kakakmu…”seru ibu sambil terus mengelus kepalaku.

Aku langsung duduk tegap dan menatapnya. Aishh aku tidak tega membohonginya tapi aku sudah janji dengan Oppa tidak akan memberitahunya. Umma mianhe…umma pasti akan senang sekali saat melihat Oppa nanti sudah ada di rumah.

”Oppa sedang sibuk sekarang umma…tapi Oppa bilang dia juga sangat merindukan umma….aku yakin dia pasti akan pulang…umma jangan khawatir…”seruku sambil tersenyum.

Ibu pun ikut tersenyum dan mengelus pipiku.

”Jadilah anak yang baik ya…jangan bertengkar dengan Oppamu…dia akan menjadi orang yang akan selalu melindungimu nanti…karena kalian Cuma berdua…arasso?”seru ibuku.

”Ne umma…aku sayang Oppa kok…”seruku lagi sambil tersenyum.

Kemudian aku pun segera mneghambur ke pelukan Ibu. Ibu memelukku dengan sangat hangat. Aku senang sekali. Aku sayang ibu.

”Saranghae umma…”seruku dalam pelukan ibuku.

”Nado saranghae Hye Jin-ah…”seru ibu sambil mengelus pundakku lembut.

 

 

”Hari ini Oppamu pulang?”tanya Rae Na padaku yang sedang sibuk memasukan buku ke dalam tas dan aku hanya mejawabnya dengan sebuah anggukan.

Aku ingin segera pulang. Aku ingin membuat sesuatu untuk kepulangan Oppaku. Aku memasukan bukuku secara asal ke dalam tas dan segera berjalan keluar.

”Annyeong Rae Na…”seruku sambil melambai padanya.

”Annyeong Hye Jin…hati-hati ya…”serunya.

Aku pun segera berlari keluar gedung sekolah dan seperti biasa Taemin sudah ada di depan gerbang sekolah.

”Taemin-ah…antarkan aku ke supermarket dulu ya…aku mau membeli sesuatu…”seruku sambil mengambil helm dan memakainya.

”Ne…Siwon hyung hari ini pulang ya?”tanyanya.

”Ne..aku ingin membuat sesuatu untuknya…”seruku sambil naik ke atas motornya.

Sampai di supermarket aku segera mengambil bahan-bahan yang aku perlukan. Hari ini aku juga sudah janjian dengan Donghae Oppa, dia akan mengajariku memasak makanan kesukaan Oppaku. Donghae Oppa juga sepertinya sangat semangat sekali menyambut kedatangan Siwon Oppa. Setelah semua bahan yang aku perlukan lengkap. Aku pun segera pulang.

”Sampaikan salamku pada Siwon hyung…kalau sempat besok aku main…”seru Taemin setelah mengantarku sampai  di depan rumah.

”Ne…gumawo jagi…”seruku.

Dia pun mengacak-acak rambutku dan tak lama kemudia dia sudah berlalu. Aku segera masuk ke rumahku dan menaruh bahan-bahan itu di dapur. Aku melihat jam. Kemana Donghae Oppa? Kenapa dia belum datang? Awas saja kalau sampai dia lupa. Aku segera mengeluarkan Hpku dan meneleponnya namun belum sempat aku menekan tombol panggil. Pintu rumahku terbuka dan Donghae Oppa masuk masih membawa tasnya. Sepertinya dia baru pulang dan belum ke apartemennya.

”Mianhe…tadi dosennya malah menambah jam…”seru Donghae Oppa.

”Ne…tidak apa-apa…aku baru saja sampai kok…”seruku.

”Ayo kita mulai…”serunya sambil tersenyum dan segera menghampiri bahan-bahan yang sudah aku beli.

”Siwon kau pasti suka ini…”seru Donghae Oppa sambil mulai mengupas bawang.

Oppa semoga kau suka kejutanku dan Donghae Oppa.

 

”Mianhe Hye Jin-ah…pesawatku di delay karena cuaca buruk…aku tidak tahu kapan berangkat mungkin besok pagi…atau tengah malam ini paling cepat…”seru Siwon Oppa di telepon.

Apa jadi tidak hari ini dia datangnya? Ah padahal aku sudah masak banyak sekali. Ottohke?

”Ne…arasso Oppa…josimhe..”seruku kemudian memutus telepon.

Aku menatap wajah Donghae Oppa dengan wajah sedih. Dia menatapku bingung dan berjalan menghampiriku.

”Gwencahanyo dongsaeng?”tanya Donghae Oppa.

”Oppa…Siwon Oppa tidak bisa datang hari ini..pesawatnya di delay karena cuaca buruk mungkin besok pagi baru sampai…”seruku dengan wajah sangat kecewa.

”Ne…sudah tidak apa-apa…cuaca memang aneh beberapa hari ini…lihat di luar hujan deras padahal ini kan musim panas…”seru Donghae Oppa sambil menunjuk ke arah luar.

Ternyata benar diluar hujan sangat deras. Langit tampak sangat gelap sekali padahal baru pukul 6 sore tapi seperti sudah jam 9 malam. Aku menatap makanan yang sudah terhidang di meja, banyak sekali. Tidak mungkin disimpan sampai besok.

”Ara..kita makan sekarang…”seru Donghae Oppa seperti mengerti jalan pikiraku.

”Kajja…kau harus mencoba resep terbaruku…”seru Donghae Oppa lagi sambil menarik tanganku menuju meja makan dan mendudukankku lalu memberikanku sumpit dan menyuruhku mencoba masakan terbarunya.

Akhirnya kmi berdua malam memakan makanan yang kami buat sendiri dan tak lupa kami menyisakannya untuk ibu. Hari masih hujan jadi Donghae Oppa belum bisa pulang. Donghae Oppa membantuku mencuci piring. Aduh, kenapa perasaanku tidak enaknya setiap melihat keluar huja  turun sangat deras.

”Hye Jin-ah….gwenchanayo?”tanya Donghae Oppa begitu melihatku melamun.

”Ah….gwenchana…”jawabku cepat dan kembali mencuci piring bekas kami makan tadi.

Tiba-tiba handphoneku berbunyi, aku buru-buru mengambilnya. Siapa tahu itu dari Siwon Oppa. Donghae Oppa segera menggantikan pekerjaanku. Aku berjalan menuju ruang tv dan mengangkat teleponnya.

”Yoboseyo…”sapaku.

”Ne..”jawabku.

”MWO!!”seruku.

Saat itu aku tidak tahu apa yang aku pikirkan. Aku merasa pusing, aku merasakan air mataku mengalir. Ya Tuhan kenapa ini terjadi padaku. Aku hanya bisa terpaku di tempatku berdiri. Tidak tahu apa yang harus aku lakukan.  Apa ini mimpi? Kenapa aku belum bangun?

 

Donghae POV

Aku mendengar Hye Jin berteriak. Ada apa dengannya? Aku buru-buru mengahmpirinya. Dia berdiri membelakangiku dan diam sama sekali tidak bergerak. Apa dia baik-baik saja? Hari ini dia sungguh sangat aneh sekali. Apa sesuatu terjadi padanya? Aku pun berjalan menghampirinya dan menepuk bahunya. Dia tetap diam saja. Aku pun segera membalikan tubuhnya. Dan aigoo, kenapa dia menangis. dia menangis.

”Hye Jin-ah…”seruku.

“Oppa…”lirinya masih dengan air mata yang terus turun.

Aku segera merengkuhnya ke dalam pelukanku. Mengusapa punggungnya lembut.

“Hye Jin-ah…ada apa?”tanyaku lagi sambil terus menenangkannya.

”Umma…umma…jangan tinggalkan aku…”serunya lagi.

Apa yang terjadi pada umma, kenapa Hye Jin memanggil namanya terus. Aku melepaskan pelukanku dan menatapnya.

”Hye Jin-ah ada apa?!”tanyaku setengah berteriak

Karena jujur aku tidak mengerti apa yang dia ucapkan?

”Umma kecelakaan Oppa!”serunya dan langsung menghambur kepelukanku.

Ya Tuhan, apa ini? Umma kecelakaan! Aku sungguh sangat terkejut tidak tahu harus melakukan apa. Aku segera mengambil kunci mobil di tasku dan menarik Hye Jin keluar. Aku segera berlari ke apartemenku mengambil mobilku dan segera kembali ke rumah Hye Jin. Aku segera menarik tangannya masuk ke dalam mobil. Dia masih terus saja menangis. aku tidak tahu bagaimana cara menenangkannya. Aku rasa dia tidak akan bisa ditenangkan kali ini. Aku pun segera bertanya dimana alamat rumah sakitnya. Dengan cepat dia memberitahu alamatnya meski air mata masih terus turun. Sungguh aku sangat tidka tega melihatnya seperti itu. Ya Tuhan jangan kau ambil umma dari Hye Jin. Doaku selama perjalanan. Hanya itu doa yang bisa aku panjatkan, aku tidak mau berpikir bahwa umma akan pergi meningglakan kami. Aku tidak mau. Aku sudah menganggapnya seperti ibuku sendiri. Dia tidak boleh meningglakan kami.

Begitu sampai di rumah sakit Hye Jin segera berlari ke tempat ibunya. Ibunya ada di ruang gawat darurat. Aku pun ikut berlari di belakangnya.

 

Hye Jin POV

Aku segera menuju tempat ibu dan melihatnya sedang terbaring tidak bergerak. Aku merasa tubuhku sangat lemah. Aku berjalan tertatih-tatih menuju tempatnya. Aku tidak sanggup melihat ibu seperti ini. Aku menghampiri tempat tidurnya. Aku bisa meliha ibu dengan jelas sekarang tapi ada yang kurang darinya, dia sudah tidak bernafas lagi. Aku menyentuh wajahnya dan bulir air mata itu kembali turun menetes ke wajahnya. Umma kenapa kau meninggalkanku? Apa umma sudah tidak sayang lagi padaku dan Siwon Oppa?

”Umma..”lirihku.

Air mataku semakin lama semakin deras mengalir. Aku hanya bisa menatap ibuku yang matanya kini sudah tertutup selamanya.

”Umma!!”seruku. Kali ini aku tidak sanggup menahan rasa sakit yang menghantam jantungku.

Aku tidak sanggup melihatnya, aku tidak mau dia pergi.

”Umma…Jangan pergi!!!”seruku smabil emngguncang-guncangkan tubuh ibuku.

”Umma bangun!!!”seruku lagi.

”Hye Jin-ah…”seru sebuah suara sepertinya itu Donghae Oppa, dia segera menarikku keluar dari ruangan itu. Aku tidak mau keluar tapi sepertinya aku sudah tidak punya kekuatan lagi untuk melawan dan aku hanya bisa menurut saja. Dia memabwaku keluar ruangan itu dan memelukku. Aku menangis sejadinya di dadanya. Aku tidak tahu apalagi yang harus aku lakukan. Aku bingung. Aku merasa sendiri sekarang. Donghae Oppa semakin mengeratkan pelukannya dan beberapa kali dia berusaha menenangkanku dengan mencium kepalaku.

”Hye Jin-ah…tenanglah…tenanglah..”serunya.

 

Donghae POV

Aku terus memeluknya berusaha menenangkannya. Namun dia masih memangis, aku sangat sedih melihatnya seperti ini. Aku juga sama sedihnya seperti dia tapi jika aku menangis saat ini siapa yang akan bisa menenangkan Hye Jin. Aku berusaha tegar meski air mata ini turun bahkan semakin deras turun mendnegar Hye Jin menangis. Ya Tuhan!

”Donghae-ah…bagaimana?”tanya Hyo Jin begitu dia sampai di rumah sakit dan melihatku sedang mendekap Hye Jin.

Aku hanya bisa menanggapi dengan gelengan kepala, aku tidak sanggup mengatakannya. Kulihat air mata Hyo Jin langsung turun saat melihatku menggelengkan kepala. Dia langsung terduduk di bangku dan menyenderkan kepalanya di dinding. Sementara Hye Jin masih terus menanagis dipelukanku.

 

 

 

Hyo Jin POV

Aku benar-benar tidak percaya ini terjadi. Ya Tuhan, ahjumma. Kenapa dia pergi secepat ini? Aku melihat Hye Jin masih terus menangis di pelukan Donghae dan aku pun bisa melihat Donghae juga menangis. Aku merasakan air mataku terus turun. Aku pun segera menghapus air mata itu. Aku harus tegar. Aku tidak boleh menangis. aku pun segera menghampiri Donghae yang masih memeluk Hye Jin.

”Kau sudah telepon Siwon?”tanyaku.

“Belum…dari tadi Hye Jin terus menangis…aku tidak tega meninggalaknnya…mana nenek?”tanyanya.

”Nenek sedang ada di busan mungkin besok baru pulang…tapi aku sudah mengabarinya…sini aku yang akan menenangkan Hye Jin…kau beritahu Siwon…”seruku.

Dia pun menyerahkan Hye Jin padaku dan berjalan keluar rumah sakit. Aku memeluk Hye Jin dan mengusap punggungnya perlahan.

”Kau harus sabar Hye Jin…tenanglah…ada aku disini…”ucapku untuk menengakannya.

Dia masih terus menangis. aku semakin mengeratkan pelukanku namun tiba-tiba badannya terasa lemas sekali dan dia hampir terjatuh, beruntung aku segera menangkapnya. Dia pingsan, pasti dia tidak kuat menerima ini semua. Aku segera mencari dokter.

 

Hye Jin POV

Aku membuka mataku perlahan, aku merasa mataku bengkaka sekali, apa aku menangis semalaman, jadi kejadian itu benar. Aku bukan bermimpi tadi malam. Jadi umma sudah tidak ada lagi. Aku kembali merasakan air mataku mengalir, aku harap ini mimpi.

”Hye Jin-ah…kau sudah bangun…”seru sebuah suara yang sudah sangat ku kenal terduduk di tepi tempat tidurku sambil mengusapa pipiku perlahan. Ya hari ini seharusnya menjadi hari yang membahagiakan karena hari ini Siwon Oppa pulang tapi ternyata hari ini adalah hari yang paling menyedihkan untukku dan Siwon Oppa.

Aku bisa melihat matanya merah seperti habis menangis dan wajahnya sungguh menyiratkan kesedihan yang mendalam. Dia berusaha tersenyum namun aku masih bisa melihat gurat kesedihan itu.

”Oppa…”ucapku lirih.

”Ne gwenchana dongsaeng…jangan menangis lagi…aku ada disini untukmu…”serunya sambil menghapus air mataku yang turun.

Aku segera bangun dari tidurku dan langsung memeluknya dengan erat. Menenggelamkan wajahku di dadanya.

”Sudah…jangan menangis lagi…aku tahu perasaanmu…ada aku disini…”serunya sambil mengusap punggungku perlahan.

Namun aku bisa merasakan ternyata Siwon Oppa juga menangis karena air matanya jatuh dan menyentuh pundakku. Oppa mianhe aku tidak bisa tidak menangis, aku belum siap menerima ini semua.

 

Aku berdiri di depan makam ibuku dengan Hyo Jin merangkulku. Aku sudha berjanji untuk tidak menangis namun tetap saja air mata ini terus turun. Taemin mengusap pundakku perlahan. Aku menatapnya kemudian dia menghapus air mataku dengan jarinya. Aku melihat Siwon Oppa duduk berjongkok di samping makam ibu dengan Donghae Oppa disampingnya. Donghae Oppa merangkul Siwon Oppa dan berusaha menenangkannya. Air mataku semakin turun melihatnya seperti itu. Aku juga sakit melihat Siwon Oppa seeprti itu. Ya Tuhan kenapa kau ambil ummaku secepat itu? Seruku dalam hati. Hyo Jin mengeratkan rangkulannya dan tiba-tiba aku merasa semuanya gelap. Apa aku pingsan lagi?

 

 

Sudah seminggu sejak kepergian ibu. Aku sudah menjalani aktivitasku seperti biasa meski hatiku masih sedih tapi aku berusaha untuk tersenyum di depan orang lain. Aku tidak mau membuat mereka khawatir, terutama Siwon Oppa yang sudah seminggu ini ada di rumah, dia tidak mau kembali ke Jepang dan ingin menjagaku disini. Sebenarnya aku senang tapi aku tidak mau membiarkan Oppaku menelantarkan kuliahnya. Dia harus kembali ke Jepang. Oleh sebab itu aku harus kuat di depannya. Agar dia tahu aku bisa melewati ini sendiri. Malam itu seperti biasa Siwon Oppa selalu duduk di tepi tempat tidruku menjagaku sampai aku tertidur.

”Oppa…”seruku.

”Ne…”serunya sambil mengusap kepalaku perlahan.

”Oppa pulang saja ke Jepang…aku bisa sendiri disini..kan ada Donghae Oppa…”seruku sambil bangkit dari dudukku.

”Andwe…aku akan selalu disini bersamamu Hye Jin-ah…aku akan menjagamu…”serunya.

”Jangan Oppa…bagaimana dengan kuliah Oppa…Oppa harus kembali…”seruku lagi.

”Anni…aku akan disini…”serunya.

”Oppa tidak ingat apa kata umma dulu…belajarlah yang baik disana dan kembali kesini sebagai seorang yang sukses untuk membahagiakan aku dan umma…oppa lupa…”seruku.

Sebenarnya saat mengucapkannya hatiku sangat sakit. Aku ingin menangis namun aku berusaha menahannya, aku tidak mau Siwon Oppa malah tambah khawatir denganku. Aku melihat dia tertunduk sepertinya sama berusaha menahan tangisnya.

”Oppa kembalilah ke Jepang…Oppa harus ingat perkataan umma…arasso?”seruku.

Sungguh aku tidak tahan untuk tidak menangis kali ini. Aku harus tahan. Aku harus tahan. Aku menunggu jawabannya. Dia menghela nafas perlahan.

”Ne…lusa aku akan pulang…dan aku berjanji  aku akan selalu mengunjungimu dan setelah aku menyelesaikan kuliahku…aku akan selalu ada disampingmu menjagamu…jadi anak yang baik ya…Donghae akan menjagamu juga…”serunya.

Dia pun menepuk kepalaku perlahan. Aku pun segera memeluknya. Dia pun membalas pelukanku.

”Saranghae dongsaeng…”serunya sambil mengecup pucak kepalaku.

”Nado saranghae Oppa…”seruku lagi.

Dia melepas pelukannya dan membaringkanku ke tempat tidur.

”Sekarang saatnya kau tidur…”serunya sambil tersenyum.

”Ne…”jawabku kemudian memejamkan mataku.

Siwon Oppa kemudian mencium keningku dan berjalan keluar kamarku. Aku harus tegar. Aku tahu ibu selalu memperhatikanku dari atas sana. Ibu aku akan menjadi anak yang baik dan selalu sayang pada Oppa seperti pesan ibu waktu itu. Aku merasakan air mata kembali turun dari mataku namun aku berjanji ini adalah air mata terkahir. Aku tidak akan pernah menanangisi hal ini lagi. Saranghae Umma.

3 thoughts on “FF: LOVE’S WAY-ENDLESS MOMENT

Leave a reply to gaem13gyu Cancel reply